Selasa, 22 November 2011

VIRUS HEPATITIS

Penyakit Hepatitis ada beberapa macam, namun yang akan dibahas pada kesempatan ini hanya hepatitis A dan hepatitis B saja.
1. Hepatitis A:
Penyebab hapatitis A adalah virus hepatitis A (HAV), picornavirus berukuran 27-nm (yaitu virus dengan positif strain RNA). Virus tersebut dikelompokkan kedalam Hepatovirus, anggota famili Picornaviridae.
Gejala hepatitis A pada orang dewasa di wilayah non endemis biasanya ditandai dengan demam, malaise, anorexia, nausea dan gangguan abdominal, diikuti dengan munculnya ikterus dalam beberapa hari. Kematian kasus dilaporkan terjadi berkisar antara 0,1% - 0,3%, meskipun kematian meningkat menjadi 1,8% pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun, seseorang dengan penyakit hati kronis apabila terserang hepatitis A akan meningkat faktor resikonya untuk menjadi hepatitis A fulminal yang fatal. Padsa umumnya hepatitis A dianggap sebagai penyakit dengan case fatality yang relatif rendah.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya antibodi IgM terhadap virus Hepatitis A (IgM anti-HAV) pada serum sebagai pertanda yang bersangkutan menderita penyakit akut atau penderita ini baru saja sembuh. IgM anti-HAV terdeteksi dalam waktu 5-10 hari setelah terpajan. Diagnosa juga dapat ditegakkan dengan meningkatnya titer antibodi spesifik 4 kali atau lebih dalam pasangan serum, antibodi dapat dideteksi dengan RIA atau ELISA (kit untuk pemeriksaan IgM dan antibodi total dari virus tersedia luas secara komersial).
Cara penularan hepatitis A dari orang ke orang melalui rute fekal-oral. Virus ditemukan pada tinja, mencapai puncak 1-2 minggu sebelum timbulnya gejala dan berkurang secara cepat setelah gejala disfungsi hati muncul bersamaan dengan munculnya sirkulasi antibodi HAV dalam darah. Sumber KLB dengan pola ”common source” umumnya dikaitkan dengan air yang tercemar, makanan yang tercemar oleh penjamah makanan, termasuk makanan yang tidak dimasak atau makanan matang yang tidak dikelola dengan baik sebelum dihidangkan; karena mengkonsumsi kerang (cumi) mentah atau tidak matang dari air yang tercemar mengkonsumsi produk yang tercemar seperti sla (lettuce) dan strawberi.
Masa inkubasi hepatitis A adalah 15 sampai dengan 50 hari, rata-rata 28-30 hari.
Cara pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sanitasi yang baik dan hygiene perorangan dengan penekanan khusus tentang pentingnya untuk mencuci tangan secara benar dan pembuangan tinja pada jamban yang saniter; sediakan fasilitas pengolahan air bersih; pemberian vaksin hepatitis A pada pra pajanan bagi anak yang berusia 2 tahun ke atas ataupun orang-orang dengan faktor resiko tinggi lainnya.

2. Hepatitis B
Penyebab penyakit hepatitis B (HVB), termasuk hepadnavirus, berukuran 42-nm double stranded DNA virus dengan terdiri dari nucleocapsid core (HBc Ag) berukuran 27 nm, dikelilingi oleh lapisan lipoprotein di bagian luarnya yang berisi antigen permukaan (HBsAg).
Hanya sedikit saja dari mereka yang terinfeksi hepatitis B (HBV) akut yang menunjukkan gejala klinis; kurang dari 10% pada anak-anak dan 30-50% pada orang dewasa dengan infeksi virus hepatitis B (HBV) akut akan berkembang menjadi penyakit dengan icteric. Pada penderita yang menunjukkan gejala klinis, timbulnya gejala biasanya insidious, dengan anorexia, gangguan abdominal yang samar-samar, mual dan muntah, kadang-kadang disertai arthralgia dan rash, dan sering berkembang menjadi jaundice. Demam mungkin tidak ada atau ringan.
Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain darah dan produk darah, air ludah, cairan cerebrospinal, peritoneal, pleural, cairan pericardial dan synovial; cairan amniotik, semen, cairan vagina, cairan bagian tubuh lainnya yang berisi darah, organ dan jaringan tubuh yang terlepas. Ditemukannya antigen e atau DNA virus menunjukkan bahwa titer virus dalam tubuh orang tersebut tinggi dan tingkat penularan lebih tinggi pada cairan tersebut. Penularan dapat terjadi perkutan (IV, IM, SC atau intradermal) dan terjadi pemajanan permukosal apabila terjadi pemajanan terhadap cairan tubuh yang infeksius. Oleh karena HBV dapat tahan hidup pada permukaan lingkungan paling sedikit selama 7 hari, inokulasi tidak langsung HBV dapat juga terjadi melalui obyek tersebut. Penularan fekal-oral atau melalui vector belum terbukti.
Cara penularan HBV yang paling sering terjadi antara lain meliputi kontak seksual atau kontak rumah tangga dengan seseorang yang tertular, penularan perinatal terjadi dari ibu kepada bayinya, penggunaan alat suntik pada para pecandu obat-obatan terlarang dan melalui pajanan nosokomial di rumah sakit. Penularan seksual dari pria yang terinfeksi kepada wanita sekitar 3 kali lebih cepat daripada penularan pada wanita yang terinfeksi kepada pria. Hubungan seksual melalui anal, baik penerima maupun pemberi, mempunyai risiko sama terjadinya infeksi. Penularan HBV di antara anggota rumah tangga terutama terjadi dari anak ke anak. Secara umum, kadang-kadang penggunaan pisau cukur dan sikat gigi bersama dapat sebagai perantara penularan HBV. Penularan perinatal biasa terjadi pada saat ibu pengidap HBV dengan positif HBeAg. Angka penularan dari ibu yang postif HBsAg, dan juga dengan HBeAg positif adalah lebih dari 70%, dan angka penularan untuk ibu yang positif HBsAg , dengan HBeAg negatif adalah kurang dari 10%. Penularan yang dikaitkan dengan penggunaan obat suntik para pecandu Napza dapat terjadi melalui darah yang tercemar HBV melalui alat suntik yang dipakai bersama baik secara langsung melalui alat suntik atau karena kontaminasi perlengkapan untuk menyiapkan obat. Pajanan nosokomial yang mengakibatkan terjadinya penularan HBV termasuk melalui transfusi darah atau poduk darah, hemodialisa, akupunktur dan karena tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja atau luka lain yang disebabkan karena tertusuk peralatan yang tajam adalah cara-cara penularan yang dilakukan oleh petugas rumah sakit. IG, fraksi protein plasma yang dilakukan pemanasan, albumin dan fibrinolisin dianggap aman untuk diberikan.
Masa inkubasi biasanya berlangsung 45 – 180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa menentukan HbsAg dalam darah, dan jarang sekali sampai selama 6-9 bulan; perbedaan masa inkubasi tersebut dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain jumlah virus dalam inoculum, cara-cara penularan dan faktor pejamu.
Cara-cara Pencegahan dan pemberantasan HBV:
1) Pemberian vaksin hepatitis B
2) Melakukan skrining terhadap semua wanita hamil untuk menemukan HbsAg, memberikan HBIG dan vaksinasi hepatitis B pada bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif, dan memberikan vaksinasi hepatitis B untuk kontak anggota keluarga yang rentan, memberikan imunisasi hepatitis B rutin untuk semua bayi, dan melakukan upaya yang intensif untuk memberikan imunisasi kepada remaja dan orang dewasa pada kelompok risiko tinggi tertentu
3) Orang-orang dengan risiko tinggi yang harus menerima imunisasi pra pajanan hepatitis B secara berkala adalah : a) pria dan wanita yang secara aktif melakukan hubungan seks secara heteroseksual, b) Pria homoseksual; c) pasangan seksual dan kontak anggota keluarga yang HbsAg positif; d) Teman satu ruangan di lembaga pemasyarakatan, termasuk lembaga pemasyarakatan untuk anak-anak, penjara dan ruang tahanan; e) petugas kesehatan dan petugas pelayanan umum yang karena tugsnya memounyai risiko kontak dengan darah atau cairan darah yang terkontaminasi; f) Penghuni, klien dan staf dari lembaga yang merawat orang cacat; g) penderita hemodialisis; h) penderita dengan penyakit perdarahan yang menerima produk darah; dan i) wisatawan asing yang merencanakan tinggal selama lebih dari 6 bulan di daerah dengan angka prevalensi infeksi HBV kronis yang tinggi (2% atau lebih) dan terhadap mereka yang akan kontak dengan penduduk setempat.
4) Lakukan sterilisasi dengan baik terhadap semua alat suntik dan jarum (termasuk jarum akupunktur) dan alat tusuk jari, atau lebih baik menggunakan peralatan yang sekali pakai (disposable) jika memungkinkan. Kurangi kegiataan tattoo; lakukan tattoo secara aseptic dan saniter diruangan tattoo.
5) Pada bank darah, semua darah yang akan didonorkan harus dilakukan pemeriksaan dengan teknik yang sensitif untuk melihat adanya HbsAg dalam darah donor (RIA atau EIA); tolak darah dari seseorang dengan riwayat mempunyai hepatitis akibat virus;
6) Batasi pemberian darah yang tidak diseleksi atau produk darah yang potensial berbahaya untuk pasien yang jelas sangat membutuhkannya dengan segera sebagai upaya pengobatan.
7) Lakukan surveilans berkala untuk semua kasus yang menderita hepatitis pasca transfusi, simpan catatan semua orang yang pernah mendonorkan darah untuk setiap kasus. Baritahukan petugas bank darah mereka yang berpotensi menjadi carrier sehingga di masa yang akan datang apabila mereka akan menjadi donor sudah dapat dikenal dengan baik.
8) Tenaga medis dan dokter gigi yang tertular oleh HBV dan kemudian positif HbeAg tidak boleh melakukan tindakan invasif kecuali mereka sudah mendapat clearance dari review panel dari para pakar tindakan invesif apa saja yang boleh mereka lakukan.
Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan sekitar
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Laporan wajib dilakukan di Amerika Serikat, meskipun saat ini diwajibkan di banyak negara didunia;
2) Isolasi; Kewaspadaan universal untuk mencegah pajanan pada darah dan cairan tubuh.
3) Disinfeksi serentak: Dilakukan disinfeksi pada semua peralatan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh yang dapat menularkan.
4) Imunisasi kontak: tersedia produk untuk pencegahan pasca pajanan seperti HBIG dan vaksin hepatitis B. HBIG mempunyai titer tinggi anti-HBs (lebih dari 1: 100.000). Apabila diperlukan, berikan HBIG sesegera mungkin setelah terjadi pajanan.


SUMBER: PENYAKIT MENULAR, JAMES CHIN