Jumat, 13 Januari 2012

SKABIES

A.     Pengertian Penyakit Skabies
            Penyakit skabies disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varian hominis. Penyakit ini mudah sekali menular dan banyak faktor yang membantu penyebarannya antara lain: kemiskinan, higiene individu yang jelek, lingkungan yang tidak sehat, berkembangnya prostitusi dan derajat sensitisasi individu. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi juga mengenai semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita.
B.     Pemeriksaan
            Diagnosis skabies perlu dipertimbangkan apabila ditemukan riwayat gatal, terutama pada malam hari, juga terdapat pada anggota keluarga lain dan juga terdapatnya lesi polimorf terutama pada tempat predileksi. Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskop. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
a.    Kerokan kulit
       Diteteskan minyak mineral di atas papul atau terowongan baru yang utuh, kemudian dikerok dengan skalpet steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan yang kemudian dipindahkan ke gelas objek, tutup dengan kaca penutup dan diperiksa dengan mikroskop. Hsil positif apabila tampak Sarcoptes, tungau, telur, larva dan nimfa. Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati pada bayi dan anak atau penderita non-koperatif.
b.    Mengambil tungau dengan jarum
       Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada orang kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.
c.    Epidermal shave biopsi
       Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai diantara ibu jari dan jari telunjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan skalpel No. 15 yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.
d.    Kuretasi terowongan (kuret dermal)
       Kuretasi superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papul kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas objek dan ditetesi minyak mineral.
e.    Tes tinta Burrow
       Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai sebagai garis yang karakteristik, berkelok-kelok, karena adanya tinta yang masuk. Test ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada penderita non-koperatif.
f.      Tetrasiklin topikal
       Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai, setelah dikeringkan selama 5 menit hapus larutan tersebut dengan isopropilalkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui kerusakan stratum korneum dan terowongan akan tampak dengan penyinaran lampu Wood, sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan dengan salah satu cara di atas.,
g.    Apusan kulit
       Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop
h.    Biopsi plong
       Pemeriksaan ini dilakukan apabila tungau dan produknya tidak dapat ditemukan dengan cara-cara tersebut di atas. Dilakukan pada lesi yang tidak mengalami ekskoriasi dan dikerjakan dengan potongan serial. Kemudian diperiksa dengan teliti untuk menemukan tungau atau produknya dalam stratum korneum.



C.     Klasifikasi
            Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain:
1.        Skabies pada orang bersih
     Terdapat pada orang dengan tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat  sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2.        Skabies Inkognito
     Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini disebabkan mungkin oleh karena penurunan respon imun seluler.
3.        Skabies Nodular
     Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
4.        Skabies yang ditularkan melalui hewan
5.        Skabies Norwegia
6.        Skabies pada bayi dan anak.
     Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.
7.        Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden).
     Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita  skabies yang lesinya terbatas.
8.        Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain



D.     Gambaran Klinis
Penyakit skabies memiliki 4 gejala klinis utama, yaitu:
1)        Pruritus nokturna, atau rasa gatal di malam hari, yang disebabkan aktivitas tungau yang lebih tinggi dalam suhu lembab.
2)        Penyakit ini dapat menyerang manusia secara kelompok. Mereka yang tinggal di asrama, barak-barak tentara, pesantren, maupun panti asuhan berpeluang lebih besar terkena penyakit ini. Penyakit ini amat mudah menular melalui pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Skabies mudah menyerang daerah dengan tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakat rendah.
3)        Adanya terowongan-terowongan di bawah lapisan kulit (kanalikuli), yang berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Jika terjadi infeksi sekunder oleh bakteri, maka akan timbul gambaran pustul (bisul kecil). Kanalikuli ini berada pada daerah lipatan kulit yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, daerah sekitar kemaluan (pada anak), siku bagian luar, kulit sekitar payudara, bokong dan perut bagian bawah.
4)        Menemukan kutu pada pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis, merupakan diagnosis pasti penyakit ini.
E.     Terapi
            Penanganan skabies yang tepat memerlukan diagnosis yang tepat, eliminasi parasit dengan skabisid, penatalaksanaan gejala, dan pelaksanaan dari infeksi sekunder jika ada.
Syarat obat yang ideal antara lain :
Ø  Harus efektif terhadap semua stadium tungau
Ø  Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
Ø  Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
Ø  Mudah diperoleh dan harganya murah
     Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan skabies yaitu:
1.    Permethrin.
                        Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit serta mempunyai kadar toksik yang rendah. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih (Medicastore, 2006). Obat ini mempunyai efek samping; pruritus, eritema, dan rasa terbakar, kadang-kadang ruam dan edema (Depkes RI, 2000).
2.    Malathion.
                        Malathion dapat digunakan sebagai pilihan kedua. Malathion 0,5 % dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
3.    Emlsi Benzil-benzoat (20-25 %).
                        Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. Tidak direkomendasikan untuk anak karena bersifat iritan, efek samping adalah iritasi kulit, rasa terbakar. Cara pemberian dengan mengoleskan pada seluruh tubuh, ulangi tanpa mandi pada hari berikutnya dan bersihkan setelah 24 jam kemudian, aplikasi ketiga mungkin diperlukan beberapa kasus.
4.    belerang endap (sulfur presipitatum).
                        Digunakan dalam konsentrasi 5-10 %. Dapat pula dalam bentuk kombinasi yaitu salep 2-4 yang berisi 2 % asam salisilat, 4 % presipitatum. Obat ini bekerja sebagai anti skabies berdasarkan kemampuan sulfur untuk membunuh telur dan tungau, dan asam salisilat sebagai anti pruritus disamping untuk mempermudah penetrasi sulfur.
            Cara pemakaian : setelah mandi bersih, oleskan salep tersebut dari leher kebawah sampai ekstremitas. Dilakukan selama 3 malam berturut-turut. 24 jam setelah olesan terakhir penderita disuruh mandi bersih untuk menghilangkan sisa obat.
            Obat ini dapat digunakan pada bayi, penderita hamil dan menyusui. Obat ini membunuh larva, tungau, namun kerugian pemakaiannya adalah baunya tidak enak, lekat, mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
5.    Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).
                        Kadarnya 1 % dalam krim atau lotio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium dan dapat membunuh tungau dan telurnya. Mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.
6.            Krotamiton 10 % dalam krim atau lotio, merupakan skabisit yang efektif. Mempunyaai 2 efek sebagai antiskabies anti gatal. Dapat menimbulkan iritasi apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama hindari penggunaan dekat mata dan kulit terbuka .
F.      Komplikasi
            Bila skabies tidak diobati selama beberapa miggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Eru;si dapat bebentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scacies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau pemakaian yang terlalu sering.
G.    Prognosis dan pengendalian
            Dalam melakukan pengendalian penyakit skabies perlu diperhatikan pola hidup, sanitasi, dan pengobatan. Pola kebiasaan hidup yang kurang bersih dan kurang benar memugkinkan berlangsungnya siklus hidup S. Scabiei dengan baik. Hal-hal yang mungkin dapat menjadi pnyebab kegagalan pengobatan adalah adanya reinfeksi, pengobatan tidak dilakukan dengan baik, adanya resistensi tungau terhadap obat, adanya imunosupresi.
            Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik
ISPA

A.     Pengertian Penyakit ISPA
          ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Yang dimaksud dengan organ saluran pernapasan atas adalah dari hidung sampai paru-paru, sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru-paru.
B.     Penyebab Penyakit ISPA
            Penyebab penyakit ISPA dapat disebabkan oleh bakteri Strepptococcus penyebab penyakit pneumonia, dapat juga diakibatkan virus Haemophilus influensa penyebab flu.
C.     Jalan Masuk (Cara Penularan)
            ISPA ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya.
D.     Masa Inkubasi
            Masa inkubasi penyakit ISPA adalah 14 hari setelah terinfeksi kuman penyakit penyebab ISPA.
E.     Pencegahan Penyakit ISPA
            Pencegahan penyakit ISPA dapat dilakukan dengan cara :
ü  Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
ü  Immunisasi
ü  Hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan
ü  Menjaga anak agar tidak berada dekat dengan penderita ISPA
ü  Penyuluhan kesehatan terutama pada para ibu
F.      Pengobatan Penyakit ISPA
            Untuk penderita pneimonia berat dirawat di Rumah Sakit diberikan antibiotik parenteral, oksigen, dan sebagainya. Penderita pneumonia biasa diberikan kotrimoktazol per oral bila penderita tidak dapat diberikan kotrimoktazol dapat diberikan antibiotik pengganti seperti amoxcicylin, amphicilin, atau pecillin prokain. Kalau bukan pneumonia tanpa pemberian antibiotik dapat dirawat di rumah. Untuk penderita bautk biasa dapat diberikan obat batuk tradisional dan obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dextrometorfan, anti histamin, bila demam diberikan paracetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek didapati bercak nanah / eksudat disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher dianggap sebagai radang tenggorokan karena kuman strepptococcuss diberi pengobtan dengan penicillin selama 10 hari. Untuk penderita yang mendapat antibiotik selain tindakan di atas usahakan agar obat tersebut diberikan selam 5 hari penuh.

Demam Berdarah Dengue (DBD)


Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue
            Dengue adalah infeksi melalui nyamuk Aedes Aegypty yang ditandai oleh demam tinggi, nyeri otot dan sendi, limfadenopati, dan ruam kulit. Disebabkan oleh flavivirus.

Gejala Klinis
            Demam tinggi, nyeri otot dan sendi, limfadenopati, dan ruam kulit. Terdapat viremia pada onset demam dan bisa bertahan sampai 3 hari. Lesi histopathologis dalam pembuluh darah kecil, dengan pembengkakan endotel, edema perivaskuler, dan infiltrasi sel-sel mononuclear.

Masa Inkubasi
            Penyakit DBD dimulai 2-15 hari setelah suatu gigitan nyamuk infektif. Onset demam bisa mendadak atau mungkin ada gejala prodonormal berupa malaise, kedinginan dan nyeri kepala. Segera timbul nyeri terutama di punggung, sendi, otot, dan bola mata. Suhu kembali normal dalam 5-6 hari atau bisa mereda sekitar hari ketiga atau naik lagi sekitar 5-8 hari  setelah onset.


Penularan (jalan masuknya)
            Cara penularan penyakit Dengue ini adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty yang membawa virus dengue dalam tubuhnya (infektif).

Faktor Risiko
            Demam berdarah dengue banyak diderita oleh anak-anak namun orang dewasa juga banyak yang dapat berisiko terkena DBD.

Pengobatan
            Demam berdarah harus ditolong oleh dokter, bila timbul syok dan pendarahan harus segera dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit penderita diberi infus cairan ringer dan bila terjadi pendarahan diberi infus darah.

Pencegahan
            Pencegahan dilakukan dengan cara melakukan fogging pada setiap rumah warga untuk menyingkirkan tempat-tempat perkembang biakan nyamuk dan pemakaian insektisida dalam rumah. Dan juga melakukan 3 M (Menguras, Mengubur dan Menutup) plus tidak menggantung pakaian di belakang pintu.